Thursday 26 May 2011

HARMONISASI AKUNTANSI INTERNASIONAL

Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara.

Upaya untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan Komite Standar Akuntansi Internasional pada tahun 1973. Baru-baru ini, sejumlah perusahaan yang berusaha memperoleh modal di luar pasar Negara asal dan para investor yang berusaha untuk melakukan diversifikasi investasi secara internasional menghadapi masalah yang makin meningkat sebagai akibat dari perbedaan nasional dalam hal akuntansi, pengungkapan, dan audit.

Terkadang orang menggunakan istilah harmonisasi dan standarisasi seolah-seolah keduanya memiliki arti yang sama. Namun berkebalikan dengan harmonisasi, secara umum standarisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi. Standarisasi tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan antarnegara, dan oleh karenanya lebih sukar untuk diimplemntasikan secara internasional. Harmonisasi jauh lebih fleksibel dan terbuka, tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam tahun-tahun terakhir.

PERBEDAAN ANTARA HARMONISASI DAN STANDARISASI

Harmonisasi

- Proses untuk meningkatkan kompabilitas (kesesuian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat beragam

- Tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua

- Tetapi mengakomodasi beberap perjanjian dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam tahun-tahun terakhir

- Hamonisasi jauh lebih fleksibel dan terbuka

Standarisasi

- Penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit

- Penerapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi

- Standarisasi tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan antarnegara

- Lebih sukar untuk diimpelemntasikan secara internasional

Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi

1. Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapannya

2. Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek, dan

3. Standar audit

Keuntungan harmonisasi internasional

· Bahasa

Mereka yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa Ibu mungkin merasa beruntung bahwa Inggris menjadi bahasa kedua yang sangat banyak digunakan di seluruh dunia.

· Harmonisasi perpajakan an sistem jaminan sosial

Keuntungan. Kalangan usaha akan mengalami manfaat yang cukuo besar dalam perencanaan, biaya sistem dan pelatihan, dan sebagainya dari harmonisasi.

Kerugian. Perpajakan dan sistem jaminan sosial memiliki pengaruh yang kuat terhadap efisiensi ekonomi. Sistem yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda. Kemampuan untuk membandingkan cara kerja pendekatan yang berbeda di negara yang berbeda menyebabkan negara-negara mampu melakukan peningkatan sistem mereka masing-masing. Negara-negara saling berkompetisi dan kompetisi memaksa mereka untuk mengadopsi sistem yang efisien melalui beroperasinya semacam kekuatan pasar. Persetujuan atas sistem perpajakan yang satu akan menjadi seperti pendirian kartel dan akan menghilangkan manfaat yang akan diperoleh dari kompetisi antar negera.

Sebuah tulisan yang terbaru juga mendukung adanya GAAP global yang terharmonisasi. Manfaatnya:

1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambaran berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.

2. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portofolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang

3. perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi

4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi.

Kritik atas saran Internasional

· Penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit.

· Beberapa pengamat berpendapat bahwa penetapan standar akuntansi internasional pada dasarnya merupakan sebuah taktik kantor-kantor akuntan besar yang menyediakan jasa akuntnasi internasional untuk memperluas pasarnya.

· Adopsi standar internasional akan menimbulkan standar yang berlebihan.

Rekonsiliasi atas pengakuan bersama

Dua pendekatan yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas:

1. Rekonsiliasi

2. Pengakuan bersama (imbal balik/resiprositas)

Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun LK dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting di negara asal dan di negara di mana laporan keuangan di laporkan.

Rekonsiliasi berbiaya lebih rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan, dan bukan gambaran perusahaan yang utuh.

Evaluasi

Perdebatan mengenai harmonisasi mungkin tidak akan pernah terselesaikan dengan penuh. Beberapa argumen yang menentang harmonisasi mengandung sejumlah kebenaran. Namun demikian, semakin banyak bukti menunjukkan bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi, pengungkapan, dan audit telah diterima begitu luas sehingga tren yang mengarah pada harmonisasi internasional akan berlanjut atau bahkan semakin cepat.

Perdebatan nasional dalam faktor-faktor dasar yang menyebabkan perbedaan dalam akuntansi, pengungkapan, dan praktik audit semakin sempit karena pasar modal dan produk menjadi semakin internasional.

Penerapan standar Internasional

Standar akuntansi internasional digunakan seagai hasil dari

a) Perjanjian internasional atau politis

b) Kepatuhan secara sukarela

c) Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi nasional

Semakin banyak jumlah perusahaan yang memutuskan bahwa untuk kepentingan terbaik perusahaan untuk menggunakan IFRS meskipun tidak diwajibkan. Banyak negara saat ini telah memperbolehkan perusahaan untuk mendasarkan laporan keuangan mereka pada IFRS dan beberapa negara mengharuskannya.

Apabila standar akuntansi diterapakan melalui prosedur politik, hukum atau aturan, umumnya aturan wajib yang mendorong proses ini. Pihak-pihak yang berkepentingan menentukan apa saja aturannya dan bagaimana aturan ini harus diimplementasikan.

Usaha-usaha standar internasional lain dalam bidang akuntansi pada dasarnya dilakukan secara sukarela. Standar-standar itu akan diteima atau tidak tergantung pada orang-orang yang menggunakan standar-standar akuntansi. Saat standar internasional dan standar nasional tidak sama, tidak akan jadi masalah, tetapi ketika kedua standar tersebut berbeda, standar nasioanl harus jadi rujukan pertama.

SEKILAS MENGENAI ORGANISASI INTERNASIONAL UTAMA YANG MENDORONG HARMONISASI AKUNTANSI

Enam organisasi telah menjadi pemain utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional:

1. Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB)

2. Komini Uni Eropa (EU)

3. Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)

4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)

5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan, bagian dari Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam perdagangan dan Pembangunan

6. Kelompok kerja dalam Standar Akuntansi Organisasi kerja sama dan Pembangunan Ekonomi.

Forum Internasional Pengembangan Akuntansi (IFAD) mengadakan pertemuan pertama pada tahun 1999. tujuan utamanya adalah untuk membangun kapasitas akuntansi dan audit di negara-negara berkembang.

Yang juga penting adalah Federasi Internasional Bursa Efek (FIBV), organisasi perdagangan untuk pasar surat berharga dan derivatif yang teratur diseluruh dunia. FIBV mendorong perkembangan usaha profesional pasar keuangan. Tujuan FIBV adalah untuk menetapakan standar harmonisasi untuk proses usaha (termasuk pelaporan keuangan dan pengungkapan) dalam perdagangan surat berharga lintas batas, termasuk penawaran publik lintas batas.

BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

Tujuan IASB adalah:

1. Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipamahi dan dapat diterapkan yang mewajibkan infromasi yang berkualitas tinggi, transaparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan dan pelaporan keuangan lainnya untuk membantu para partisipan dalam pasar modal dunia dan pengguna lainnya dalam membuat keputusan ekonomi.

2. untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-stnadar tersebut yang ketat

3. untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi Internasional dan Standar Pelaporan Keuangan Internasional ke arah solusi berkualitas tinggi.

Standar Inti IASC dan Persetujuan IOSCO

IASB telah berupaya untuk mengembangkan standar akuntansi yang akan diterima oleh badan pengatur surat berharga diseluruh dunia. IASC mengadopsi suatu rencana kerja untuk menghasilakn satu set inti standar berkualitas tinggi yang komprehensif.

Struktur IASB yang baru

Pada bulan November 1999 dewan IASC secara bulat menyetujui suatu resolusi yang mendukung usulan struktur baru yang intinnya adalah:

1. IASC akan didirikan sebagai sebuah organisasi independen

2. organisasi tersebut akan terdiri dari dua badan utama, Perwakilan dan Dewan, serta Komite Interprestasi Tetap dan Dewan Penasihat Standar

3. dan perwakilan akan menunjuk anggota dewan, melakukan pengawasan dan mengumpulkan dana yang diperlukan, sedangkan dewan memiliki tanggungjawab untuk penentuan standar akuntansi

IASB yang direstrukturisasi tersebut bertemu untuk pertamakalinya pada bulan April 2001. IASB telah direorganisasi, akan mencakup badan berikut:

1. Badan Wali. IASB memiliki 19 wali

· 6 dari Amerika Utara

· 6 dari Eropa

· 4 dari Wilayah Asia/Pasifik

· 3 dari wilayah lain

2. Dewan IASB

Dewan menetapkan dan memperbaiki standar akuntansi keuangan dan pelaporan usaha.

· Dewan terdiri dari 14 orang anggota yang ditunjuk oleh Badan Wali untuk memberikan kombinasi terbaik yang ada dari keahlian teknik dan latar belakang pengalaman bisnis internasional dan kondisi pasar yang relevan.

3. Dewan Penasihat Standar

Dewan Penasihat Standar ditunjuk oleh perwakilan, terdiri dari:

· 30 atau lebih anggota yang memiliki latar belakang geografis dan profesional yang berbeda, yang ditunjuk untuk masa tiga tahun yang dapat diperbaharui.

4. Komite Interprestasi Pelaporan Keuangan Internasional (IFRIC)

· IFRIC terdiri dari 12 anggota yang diangkat oleh perwalian. IFRIC menginterprestasikan penerapan standar akuntansi internasional dan standar pelaporan keuangan internasional dalam konteks kerangka dasar IASB, menerbitkan rancangan interprestasi dan mengevaluasi komentar atasnya dan memperoleh persetujuan dewan untuk interprestasi akhir.

Pendekatan Baru EU dan Integrasi Keuangan Eropa

Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergeraksecara tepat dengan maksud untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk melakukan pencatatan di AS dan pasar dunia lainnya akan tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga menekankan agar EU memperkuat kommimenya terhadap proses penentuan standar internasional, yang menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional.

Pada tahun 2000, EC mengadopsi strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal yang menarik dari strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang tercata dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi dan SME (perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusu akun-akun konsolodalis sesuai dengan IFRS

Sumber :

http://teorikuliah.blogspot.com/2009/08/harmonisasi-akuntansi-internasional.html

pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/…/32026-9-474219208394.doc

Perencanaan dan Kendali Manajemen

Perencanaan dan kendali manajemen sangat penting bagi perusahaan, dalam hal ini perusahaan multinasional. Namun, pengurangan dalam hambatan perdagangan nasional terus menerus, mata uang yang mengambang, resiko kedaulatan, pembatasan terhadap pengirim dana lintas batas nasional, perbedaan dalam system pajak nasional, perbedaan tingkat suku bungan dan pengaruh harga komoditas dan ekuitas yang berubah-ubah terhadap aktiva, laba, dan biaya modal perusahaan merupakan variable yang memperumit keputusan manajemen. Persaingn global dan cepatnya penyebarn informasi mendukung semakin sempitnya perbedaan nasional dalam praktek akuntansi manajemen. Tekanan tambahan mencakup antara lain perubahan pasar dan teknologi, pertumbuhan privatisasi, insentif biaya, dan kinerja serta koordinasi operasi global melalui joint venture dan kaitan strategis lainnya.


Perusahaan dalam melakukan kendali manajemen memerlukan alat perencanaan yang dapat mengidentifikasi factor-faktor yang relevan di masa depan, pemindaian terhadap lingkungan eksternal dan internal. Alat tersebut membantu perusahaan dalam mengenali kesempatan dan tantangan yang ada. Salah satu alat tersebut adalah analisis WOTS-UP yang menyangkut kekuatan dan kelemahan perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan operasi perusahaan. Akuntan juga dapat membantu para perencana perusahaan untuk memperoleh data yang bermanfaat dalam keputusan perencanaan strategis.


Kemudian, keputusan untuk melakukan investasi luar negeri merupakan elemen yang sangat penting dalam strategi global sebuah perusahaan multinasional. Resiko investasi diikuti oleh lingkungan yang asing, rumit, dan senantiasa berubah. Perencanaan formal merupakan suatu keharusan dan umumnya dilakukan dalam suatu kerangka penganggaran modal yang membandingkan manfaat dan biaya investasi yng diusulkan. Perbedaan dalam hokum pajak, system akuntansi, laju inflasi, resiko nasionalisasi, kerangka mata uang, segmentasi pasar, pembatasan dalam pengalihan laba ditahan dan perbedaan dalam bahasa dan budaya menambah unsur-unsur kerumitan yang jarang ditemui dalam lingkungan domestic. Adaptasi (penyesuaian) oleh perusahaan multinasional atas model perencanaan investasi tradisional telah dilakukan dalam tiga bidang pengukuran: (1) menentukan pengembalian yang relevan untuk investasi multinasional, (2) mengukur ekspektasi arus kas, dan (3) menghitung biaya modal perusahaan multinasional.


Seorang manajer harus menentukan tingkat pengembalian yang relevan untk mengalisis kesempatan investasi asing. Namun, tingkat pengembalian yang relevan merupakan masalah sudut pandang: proyek luar negeri atau induk perusahaan. Pengembalian dari dua sudut pandang ini dapat berbeda secara signifikan karena beberapa hal: (1) pembatasan oleh pemerintah atas repatriasi laba dan modal, (2) biaya izin, royalt, dan pembayaran lain yang merupakan laba bagi induk perusahaan namun merupakan beban bagi anak perusahaan, (3) perbedaan laju inflasi nasional, dan (4) perubahan kurs valuta asing, dan (5) perbedaan pajak. Manajer keuangan harus memenuhi banyak tujuan dengan memberikan respons kepada kelompok investor dan noninvestor di organisasi dan di lingkungannya. Jika siatu investasi asing tidak menjanjikan pengembalian yang telah disesuaikan resiko yang nilainya lebih dari pengembalian yang diperoleh pesaing local, maka pemegang saham induk perusahaan akan lebih baik untuk berinvestasi langsung di perusahaan local.


Bagi manajer perusahaan multinasional, mengukur ekspektasi arus kas suatu investasi asing merupakan hal yang cukup menantang. Perkiraan penerimaan didasarkan pada proyeksi penjualan dan pengalaman antipasti penagihan. Beban operasi dan pajak local juga sama-sama diramalkan. Namun demikian, terdapat tambahan kerumitan yang harus dipertimbangkan:
- arus kas proyek vs induk perusahaan
- arus kas induk perusahaan yang terkait dengan pendanaan
- pendanaan yang bersubsidi
- resiko politik


Proses ini juga harus mempertimbangkan pengaruh perubahan dan fluktuasi nilai mata uang atas ekspektasi pengembalian mata uang asing.


Sumber utama arus kas induk meliputi pinjaman dari induk perusahaan, dividen, biaya lisensi, beban overhead, royalty, harga transfer untuk pembelian dari atau penjualan kepada induk perusahaan, dan estimasi nilai akhir proyek. Pengukuran arus kas ini memerlukan pemahaman atas perbedaan akuntansi nasional, kebijakan repatriasi pemerintah, laju inflasi, dan kurs potensial masa depan serta perbedaan pajak.


Perbedaan dalam prinsip akuntansi menjadi relevan jika manajer keuangan bergantung pada laporan keuangan pro forma dengan dasar local ketika mengestimasikan arus kas masa depan. Apabila aturan pengukuran yang digunakan untuk menyusun akun-akun ini berbeda dari aturan yang digunakan di Negara asal induk perusahaan, maka dapat terjadi perbedaan dalam estimasi arus kas.


Penyusunan system informasi seluruh dunia milik suatu perusahaan merupakan hal krusial dalam mendukung strategi perusahaan, termasuk proses perencanaan. Keadaan geografi, komunikasi informasi secara formal umumnya menggantikan kontak pribadi antara manajer operasi local dengan manajer kantor pusat. Perkembangan dalam teknologi informasi seharusnya mengurangi, tetapi tidak akan menghilangkan sama sekali kerumitan ini. Rancangan system berpengaruh pada keberhasilan yang dicapai:
1. penyebaran rendah dengan sentralitas yang tinggi, digunakan oleh organisasi yang lebih kecil dengan operasi bisnis internasional yang terbatas, dan system informasi domestic yang mendominasi kebutuhan.
2. penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang rendah, digunakan oleh perusahaan multinasional dengan operasi di wilayah geografis yang berbeda-beda.
3. penyebaran yang tinggi dengan sentralitas yang tinggi, dijalankan oleh perusahaan dengan aliansi strategi di seluruh dunia.


Akuntansi manajemen mempersiapkan sejumlah informasi untuk manajemen perusahaan mulai dari pengumpulan data hingga laporan likuiditas dan ramalan operasional berupa berbagai jenis pengeluaran beban. Factor-faktor lingkungan juga mempengaruhi penggunaan informasi yang dihasilkan secara internal. Misalnya pengaruh budaya. Budaya yang tidak nyaman dengan ketidakpastian dan ambiguitas cenderung untuk lebih siap menerima teknologi informasi dibandingkan mereka yang tidak nyaman. Factor translasi juga mempengaruhi penggunaan informasi yang dihasilkan. FAS No 52 mewajibkan penggunaan metode translasi temporal ketika melakukan translasi akun-akun perusahaan afiliasi luar negeri yang berada dalam lingkungan berafiliasi tinggi. Meskipun demikian, ketentuan tersebut tidak memenuhi kebutuhan informasi perusahaan yang beroperasi di Negara-negara dengan inflasi tinggi karena cenderung menimbulkan distorsi realitas melalui:
- menilai lebih atau menilai kurang pendapatan dan beban
- melaporkan keuntungan atau kerugian translasi yang besar yang sulit untuk diinterpretasikan
- mendistorsi perbandingan kinerja antarwaktu.
Mengapa kita perlu memperhatikan distorsi ini?
- Sistem pelaporan tradisional memiliki pengaruh yang buruk terhadap perilaku tenaga penjualan
- System pelaporan trandisional tidak memberikan motivasi bagi tenaga penjualan untuk memfakturkan dan mengirimkan lebih dahulu di bulan itu
- System ini memanipulasi hasil


Agar suatu system pengendalian di perusahaan multinasional berfungsi dengan baik, maka biasanya system yang digunakan banyak perusahaan multinasional untuk mengendalikan operasi luar negerinya dalam banyak hal banyak hal sama dengan yang digunakan secara domestic. Bagian-bagian system yang umumnya dikirim keluar meliputi control keuangan dan anggaran serta kecenderungan untuk menerapkan standar yang sama yang dikembangkan untuk mengevaluasi operasi domestic.


Setelah tujuan strategis dan anggaran modal dibuat, selanjutnya manajemen memfokuskan diri pada perencanaan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek mencakup pembuatan anggaran operasional atau rencana laba apabila diperlukan dalam organisasi. Rencana laba ini merupakan dasar bagi peramalan manajemen kas, keputusan operasi, dan skema kompensasi manajemen. Rencana laporan laba rugi perusahaan afiliasi asing pertama-tama dikonversikan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang dianut di Negara asal induk perusahaan dan ditranslasikan dari mata uang local ke dalam mata uang induk perusahaan.

Sumber :
http://kornetcincang.blogspot.com/2009/05/perencanaan-dan-kendali-manajemen.html

Analisis Laporan Keuangan Internasional

Analisis laporan keuangan internasional ( ALKI ) diperlukan karena ada kencederunganmeningkatnya investasi internasional dan dilakukan dengan maksud agar data keuanganantar perusahaan dan antar waktu dapat dibandingkan.Sumber informasi untuk analisis laporan keuangan internasional adalah :1. Laporan keuangan, jadwal pendukung serta catatan atas laporan keuangan2. Latar belakang kekayaan perusahaan dan pengungkapannya.Masalah yang sering terjadi dalam ALKI karena adanya perbedaan pandangan dalam hal pajak penghasilan, kredit pajak, investasi, item extraordinary, gains dan loses padatranslasi mata uang, biaya riset, pengembangan, laba per lembar saham, perubahanakuntasi dan biaya pensiun.Teknik-teknik Analisis Keuangan Internasional yang telah dipakai adalah :

Analisa Trend,

Membandingkan item-item data secara periodik selama 2 tahun atau lebih seperti :trend laba, debt rating, perubahan revenue, pertumbuhan geometric, dst.Kelemahan analisa trend tidak dapat menggunakan angka negative sebagai dasar perhitungan.

Analisa Rasio,

Membandingkan item satu dengan item yang lain laporan keuangan dalam satulaporan keuangan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang sama tentangprofitabilitas perusahaan, leverage, likuiditas dan efisiensi.

Penyesuaian Depresiasi,

Beban depresiasi akan mempengaruhi keuntungan maka perlu diperhatikan umur darifungsi aktiva yang harus diputuskan majemen.

Penyesuaian Sediaan LIFO ke FIFO,

Sediaan harus dikoversikan dalam metode FIFO.

Cadangan,

Cadangan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar atau menutuppengeluaran untuk menghapus beban.

Reformulasi Laporan Keuangan.

Penyesuaian dari beberapa perubahan setelah adanya beberapa perhitungan padapoint-point tsb di atas.

Beberapa hal lain yang mempengaruhi ALKI adalah goodwill perusahaan, pajak dankebijakan pemerintah, translasi mata uang dan akuntasi inflasi serta analisis cash flow.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/44093451/Analisis-Laporan-Keuangan-International

Manajemen Resiko Keuangan

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk: Penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan.

Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko (manusia, staff, dan organisasi).

Dalam perkembangannya Risiko-risiko yang dibahas dalam manajemen risiko dapat diklasifikasi menjadi
  • Risiko Operasional
  • Risiko Hazard
  • Risiko Finansial
  • Risiko Strategik

Sejarah

Rekaman tertua terkait pengelolaan risiko dapat ditemukan pada Piagam Hammurabi (codex Hammurabi), yang dibuat pada tahun 2100 sebelum masehi. Piagam tersebut mencantumkan peraturan dimana pemilik kapal dapat meminjam uang untuk membeli kargo; namun bila dalam perjalanan kapalnya tenggelam atau hilang, ia tidak perlu mengembalikan uang pinjaman tersebut. Masa ini disebut sebagai zaman pertama manajemen risiko, di mana perusahaan hanya melihat risiko non-entrepreneurial (seperti misalnya keamanan).

Tahun 1970-an dan 1980-an disebut sebagai zaman kedua manajemen risiko di mana perusahaan-perusahaan asuransi mulai berusaha mendorong pengusaha untuk benar-benar menjaga barang yang diasuransikan. Pada masa ini juga lahir konsep jaminan mutu (quality assurance) yang menjamin setiap produk memenuhi spesifikasi standarnya. Konsep ini dipopulerkan oleh British Standards Institution yang meluncurkan standar kualitas BS 5750 pada tahun 1979.

Pada tahun 1993, James Lam diangkat menjadi Chief Risk Office, yang merupakan jabatan CRO pertama di dunia.

Zaman ketiga manajemen risiko dimulai tahun 1995 dengan diterbitkannya AS/NZS 4360:1995 oleh Standards Australia of the World's Risk management Standard.

Pengertian Resiko

Risiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi.

Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan.menurut Wideman, ketidak pastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan istilah peluang (Opportunity), sedangkan ketidak pastian yang menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko (Risk).

Secara umum risiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan keuntungan yang sangat besar sedangkan kalaupun rugi hanya kecil sekali? Misalnya membeli loterei. Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan membeli loterei relatif kecil.Apakah ini juga tergolong Risiko? jawabannya adalah hal ini juga tergolong risiko. Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap risiko.


KATEGORI RESIKO
  • Risiko spekulatif

Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian.

Risiko spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis(business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
  • Risiko murni

Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yng hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderiat kebakaran,maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Risiko murni adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan istilah risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).

Perbedaan utama antara risiko spekulatif dengan risiko murni adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk risiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung sedangkan untuk risiko murni tidak dapat kemungkinan untung.


Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_risiko

IMPACT OF INTERNATIONAL FINANCIAL REPORT STANDARD ADOPTION

Disusun oleh:
  • Laila Saumi Rahma ( 20207643 )
  • Sartika Sari Dewi ( 20207998 )
  • Fitria widiyastuti ( 21207380 )
  • Shifa Perdania ( 21207021 )
  • Adinda widyanti ( 20207034 )
  • Dery prastyo (20207279 )

Kelas : 4 EB 08
Kelompok : 4 (negara UK)

ABSTRAK


Paper ini bertujuan untuk mengetahui alasan dan ekspektasi sebuah perusahaan melakukan adopsi International Financial Report Standard (IFRS), memahami bagaimana proses adopsi dan aplikasi IFRS pada sebuah perusahaan dan mengetahui manfaat serta hambatan dalam melakukan proses tersebut. Berdasarkan New Institutional Theory, penelitian ini berusaha memahami bagaimana lingkungan bisnis sebuah organisasi mampu mempengaruhi sikap dan perilaku individu dalam organisasi tersebut demi mendapatkan sebuah legitimasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif melalui studi kasus pada PT. Garuda Airlines Indonesia (GA). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa alasan GA melakukan adopsi IFRS bukan karena suatu paksaan dari pemerintah maupun IAI tetapi atas keinginan perusahaan itu sendiri karena GA merasa memerlukan sebuah standar yang mengatur perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan. Manfaat adopsi IFRS adalah laporan keuangan yang transparan, comparable, dan valuable sehingga mampu menaikkan nilai perusahaan tersebut di mata publik. Manfaat lain yang diperoleh dari adopsi IFRS pada GA adalah legitimasi dari lingkungan bisnis organisasi ini. Sedangkan hambatan adopsi IFRS adalah kesiapan SDM, kesiapan sistem akuntansi dan pembiayaan.

Kata kunci : IFRS, New Institutional Theory, Legitimasi, Comparable, Valuable.


PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Adanya transaksi antar negara dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan munculnya kebutuhan akan standar akuntansi yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu muncul organisasi yang bernama IASB atau International Accounting Standar Board yang mengeluarkan International Financial Report Standar (IFRS)1. IFRS kemudian dijadikan sebagai pedoman penyajian laporan keuangan di berbagai negara. Masalah yang selanjutnya muncul adalah bagaimana penerapan IFRS di masing-masing negara mengingat perbedaan lingkungan ekonomi, politik, hukum, dan social.

Kesulitan-kesulitan lainnya mulai timbul pada saat perusahaan domestic ingin melakukan investigasi terhadap kelayakan perusahaan pembeli asing. Jika pembeli diminta untuk memberikan informasi finansial berkaitan dengan perusahaannya, ada kemungkinan bahwa informasi finansial tersebut tidak mudah diinterpretasikan, mengingat adanya asumsi-asumsi akuntansi dan prosedur akuntansi yang tidak lazim di perusahaan penjual. Sebagian besar perusahaan yang baru terjun di bisnis internasional dapat meminta bantuan kepada bank atau kantor akuntan dengan keahlian internasional untuk menganalisis dan mengintepretasikan informasi finansial tersebut. Hal lain yang harus diantisipasi adalah jika pembeli membayar dalam mata uang asing. Misalnya, sebuah perusahaan di Indonesia melakukan ekspor hasil produksinya kepada perusahaan di Amerika Serikat, dan pembeli membayar dalam dollar Amerika Serikat. Perusahaan domestik harus mengantisipasi adanya rugi atau untung potensial yang mungkin timbul karena perubahan nilai tukar antara saat order pembelian dicatat dengan saat pembayaran diterima.

Multinational Corporation, dalam bisnis yang menyangkut pemberian lisensi, perlu mengembangkan sistem akuntansi yang memungkinkan pemberi lisensi untuk melakukan pengawasan atas pelaksanaan perjanjian kerja, pembayaran royalti dan bimbingan teknis serta pencatatan pendapatan dari luar negeri dalam kaitannya dengan pajak yang harus dibayar perusahaan. Akuntansi untuk operasi anak perusahaan di luar negeri harus sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan institusi yang berwenang di negara yang bersangkutan, yang berbeda dengan aturan-aturan di negara induk perusahaan. Selain itu harus dibuat juga sistem informasi manajemen untuk memonitor, mengawasi dan mengevaluasi operasi anak perusahaan serta membuat sistem untuk melakukan konsolidasi hasil operasi perusahaan induk dan anak. Dengan meninjau uraian di atas sangat diperlukan sebuah standar keuangan yang berlaku internasional agar nantinya memberikan kemudahan dalam perdagangan skala

global.

Adopsi IFRS ini telah banyak diteliti oleh beberapa orang. Penelitian yang dilakukan Sadjiarto (1999) menghasilkan temuan bahwa karena faktor-faktor tertentu yang khusus di suatu negara, membuat masih diperlukannya standar akuntansi nasional yang berlaku di negara tersebut. Misalnya standar akuntansi keuangan Indonesia (SAK) dibandingkan dengan standar akuntansi keuangan Amerika Serikat. Dalam SAK terdapat Akuntansi untuk Perkoperasian yang belum tentu dibutuhkan di Amerika Serikat. Berdasarkan hal ini, kecil Konsep yang ternyata lebih populer dibandingkan standarisasi untuk menjembatani berbagai macam standar akuntansi di berbagai negara adalah konsep harmonisasi. Sadjiarto (1999) menyatakan bahwa harmonisasi standar akuntansi diartikan sebagai meminimumkan adanya perbedaan standar akuntansi di berbagai negara. Harmonisasi juga dapat diartikan sebagai sekelompok negara yang menyepakati suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak mengikuti standar harus diungkapkan dan direkonsiliasi dengan standar yang disepakati bersama. Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah MNC, kantor akuntan

internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of Securities Commissions). Jadi kesimpulan penelitian tersebut adalah dunia internasional masih belum dapat menerima adanya standar akuntansi yang berlaku secara universal karena banyaknya perbedaan di tiap-tiap negara yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, hukum, dan sosial. Sebagai ganti dari standarisasi sistem akuntansi yang berlaku global, muncul konsep harmonisasi standar akuntansi, dimana negara yang bersangkutan mengadopsi standar akuntansi internasional yang sesuai dengan kondisi negaranya dan tetap mempertahankan standar akuntansi nasional untuk transaksi-transaksi tertentu namun transaksi tersebut harus diungkapkan dan direkonsiliasi dengan standar yang telah diadopsi.

usaha untuk memahami penerapan IFRS pada perusahaan merupakan hal yang sangat menarik mengingat fenomena rencana penerapan full adoption IFRS di Indonesia pada tahun 2012. Penelitian ini difokuskan pada adopsi IFRS di sebuah perusahaan, dalam hal ini adalah PT. Garuda Airlines Indonesia (GA), sebuah BUMN yang beroperasi di bidang jasa penerbangan dan merupakan maskapai penerbangan terbesar di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara real bagaimana praktik penyajian laporan keuangan sesuai IFRS pada perusahaan tersebut. Alasan pemilihan PT. Garuda Airlines Indonesia sebagai setting penelitian

adalah karena GA telah mengaplikasikan IFRS pada laporan keuangannya. Selain itu, GA merupakan perusahaan penerbangan nasional yang berstandar internasional dan sangat berpengaruh di Indonesia mengingat service yang memuaskan dan pemberian rasa aman selama terbang, sehingga keeksistensian GA tidak diragukan lagi. Alasan terakhir adalah karena GA merupakan perusahaan yang dianggap matang dan dijadikan percontohan oleh perusahaan penerbangan lain dalam mengelola keuangan dan laporan keuangan yang berstandar Internasional yang dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan ini.

Oleh karena itu penelitian ini didasarkan pada aspek ontologi yang mendasarkan pada premis bahwa akuntansi merupakan realitas yang terbentuk secara sosial (socially constructed reality). Karena tidak semua hal yang berhubungan dengan akuntansi dan laporan keuangan dapat dikuantifikasikan, maka penelitian ini dilakukan dalam paradigme interpretif dalam lingkup metode kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah

GA merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa penerbangan. Perusahaan ini telah melakukan adopsi IFRS sedikit demi sedikit sejak tahun 2009 sampai sekarang, dan terus menerus melakukan pengembangan agar laporan keuangan mereka berstandar internasional. Sebagai perusahaan yang bertaraf internasional hal ini sangat wajar dilakukan, namun dilihat dari segi kepemilikan, dimana perusahaan ini merupakan sebuah BUMN, maka hal tersebut dapat menjadi sebuah pertanyaan yang cukup menarik. Dalam uraian latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dilihat bahwa pelaporan akuntansi yang sesuai dengan standar telah menjadi bagian penting dalam kelangsungan hidup sebuah perusahaan. Namun demikian, beberapa penelitian tersebut lebih banyak terfokus pada aspek ekonomi dalam menganalisis penyajian laporan keuangan. Akuntansi bukanlah sekedar angka, namun media yang dapat digunakan untuk melegitimasi keberadaan perusahaan di dalam

industri. Hines (1998) mengatakan bahwa akuntansi merupakan realitas yang terbentuk secara sosial yang melibatkan pelaku bisnis dan lingkungan sosial. Oleh karena itu, studi tentang laporan keuangan seharusnya tidak selalu difokuskan pada aspek ekonomi tetapi juga pada upaya menjawab isu bagaimana penerapan IFRS pada laporan keuangan sebuah perusahaan. Atas dasar hal tersebut, penelitian ini tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasi temuan tetapi dimaksudkan untuk memahami dan menganalisis secara detail penerapan IFRS pada GA dengan berusaha menjawab pertanyaan berikut ini:

1. Mengapa GA mengimplementasikan standar akuntansi

internasional pada laporan keuangannya?

2. Dari beberapa konsep aplikasi standar akuntansi internasional,

manakah yang mereka gunakan dalam pelaporan keuangannya?

Mengapa mereka memilih konsep tersebut?

3. Bagaimana proses pengadopsian dan pengaplikasian IFRS pada

GA secara riil?

4. Manfaat dan hambatan apa yang diperoleh dan dihadapi GA dalam

proses adopsi IFRS?

1.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini adalah sebuah usaha awal untuk mencoba melakukan penelitian dengan pendekatan yang belum banyak dipakai oleh mahasiswa ekonomi, dan beberapa manfaat lain penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi akademisi, penelitian ini memberikan inspirasi dan wawasan dalam menyusun skripsi dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini juga memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang penerapan IFRS dalam sebuah perusahaan dalam kaitannya untuk pelaporan keuangan.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini berguna untuk mengetahui bagaimana sebuah perusahaan mengaplikasikan standar akuntansi internasional dalam penyajian laporan keuangannya. Selain itu hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai studi bagaimana mengaplikasikan IFRS secara benar dalam penyajian laporan keuangan.

3. Bagi pemegang saham, investor, calon investor, dan masyarakat umum. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui perbedaan penyajian keuangan GA dengan maskapai-maskapai lain yang nantinya dapat digunakan untuk membuat keputusan investasi.

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Karena validitas penelitian sangat tergantung pada koherensi antara aspek ontologi, epistemologi, dan metodologi, dalam menyusun desain penelitian, penting untuk mengadopsi sebuah desain yang mempertahankan hubungan antara ontologi, epistemologi, perspektif teoritis, serta metodologi dan metode dalam studi penelitian. Penelitian ini didasarkan pada ontologi bahwa adopsi standar internasional digunakan untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang dianut oleh sebuah perusahaan. Karena kondisi Indonesia sangat berbeda dengan negara-negara lain maka perusahaan di Indonesia mengadopsi IFRS secara perlahan. Atas dasar aspek ontology tersebut, pemelitian ini dilakukan dalam paradigma interpretatif dan menggunakan pendekatan kualitatif berupa studi kasus pada sebuah perusahaan yang telah mengaplikasikan IFRS pada laporan keuangannya.

3.2 Setting Penelitian

Setting penelitian ini adalah PT. Garuda Indonesia (GA). Alasan pemilihan perusahaan tersebut adalah karena GA telah mengaplikasikan IFRS pada laporan keuangannya. Selain itu, GA merupakan perusahaan penerbangan nasional yang berstandar internasional dan sangat berpengaruh di Indonesia mengingat service yang memuaskan dan pemberian rasa aman selama terbang, sehingga keeksistensian GA tidak diragukan lagi. Alasan terakhir, GA merupakan perusahaan yang dianggap matang dan dijadikan percontohan oleh perusahaan penerbangan lain dalam mengelola keuangan dan laporan keuangan yang berstandar internasional yang dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif perusahaan ini.

3.3 Studi Kasus

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan IFRS di sebuah perusahaan. Oleh karena itu, studi kasus adalah media yang tepat untuk melakukan penelitian ini karena studi kasus adalah strategi dipilih untuk menjawab pertanyaan “bagaimana” dan “mengapa”, ketika peneliti memiliki kendali yang sedikit terhadap suatu peristiwa dan ketika fokus berada dalam fenomena terkini dalam konteks nyata


HASIL DAN ANALISIS

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Profil Garuda Airlines Indonesia

PT Garuda Indonesia (Persero) berdiri berawal pada saat perang kemerdekaan melawan Belanda di tahun 1940-an. Pada waktu itu maskapai ini dikenal sebagai "Garuda Indonesian Airways." Perusahaan ini didirikan berdasarkan akta notaris Raden Kadiman No.137 tanggal 31 Maret 1950. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No.J.A.5/12/10, tanggal 31 Maret 1950 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No.30 tanggal 12 Mei 1950, tambahan No.136. Perusahaan yang awalnya berbentuk Perusahaan Negara, berubah menjadi Persero berdasarkan Akta No. 8 tanggal 4 Maret 1975 dari Notaris Soeleman Ardjasasmita, SH, sebagai realisasi Peraturan Pemerintah No. 67 tahun 1971. Perubahan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesi No. 68 tanggal 26 Agustus 1975. Tahun 1998 Krisis Ekonomi melanda Indonesia, hal ini juga berpengaruh terhadap keadaan ekonomi dalam tubuh GA. Hal ini menyebabkan penghematan yang parah pada rute tidak menguntungkan sehingga ada beberapa penerbangan yang dihentikan. Meskipun memiliki jaringan rute yang komprehensif di seluruh dunia, pada saat itu GA tidak mengoperasikan penerbangan ke Eropa atau Amerika Utara. Tetapi karena hubungan sejarah dengan Belanda, Garuda tetap mengoperasikan penerbangan ke Amsterdam meskipun pada awalnya penerbangan ini sempat dihentikan. Situasi ini diperparah oleh serangan teroris 11 September, pengeboman Bali, tsunami tahun 2004, dan ketakutan akan penyakit SARS yang melanda Asia. Hal-hal tersebut mengakibatkan penurunan perjalanan udara dan pariwisata Indonesia sehingga keuntungan yang didapat GA pun ikut mengalami penurunan. Namun, GA telah pulih dari masalah ekonomi tersebut dan berada dalam kondisi ekonomi yang baik memasuki pertengahan tahun 2000-an. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 274 tanggal 30 Desember 2009 dari Aulia Taufani, SH., pengganti Sutjipto, S.H., notaris di Jakarta, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar atas perubahan modal ditempatkan dan disetor. Perubahan ini telah diterima dan dicatat dalam Database Sisminbakum Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 29 Oktober 2009 dalam surat No. AHU-AH.01.10-18961. Tujuan pendirian perusahaan ini adalah untuk melaksanakan serta menunjang program Pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan bidang lainnya yang berhubungan dengan jasa pengangkutan udara. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan Perusahaan terutama adalah sebagai berikut:

a. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam

negeri dan luar negeri.

b. Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan pos

dalam negeri dan luar negeri.

c. Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun

untuk pihak ketiga.

d. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara.

e. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara.

f. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan

udara.

g. Jasa pelayanan kesehatan bagi karyawan Perusahaan maupun untuk pihak

ketiga.

4.1.2 Departemen Keuangan

Departemen keuangan adalah salah satu departemen yang berperan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan ini. Departemen keuangan mempunyai 4 sub bagian, yaitu:

1. Comptroller

Bagian ini menjalankan fungsi akuntansi pada GA. Tugasnya melakukan penjurnalan atas transaksi yang terjadi di GA, membuat laporan keuangan, membuat verifikasi biaya, membuat cadangan kerugian piutang, dan mengurus surat menyurat mengenai kegiatan keuangan di GA.

2. Treasury Management

Bagian ini menjalankan fungsi keuangan, dengan kata lain bagian ini bertugas mengatur keluar masuknya uang di GA. Tugasnya antara lain sebagai bendahara yang menerima masuknya semua uang ke GA dan mengeluarkan uang atas semua transaksi yang terjadi. Selain itu bagian ini

juga bertugas mengecek utang/piutang baik jangka panjang maupun jangka pendek serta melakukan pengawasan terhadap arus masuk/keluarnya uang yang beredar di GA.

3. Asset Management

Bagian ini berfungsi sebagai overhaul & maintenance atau perbaikan dan pemeliharaan. Tugasnya antara lain melakukan pencatatan terhadap asset yang dimiliki GA, melakukan pencatatan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk asset tersebut, mengontrol asset tersebut (baik aircraft maupun non aircraft) dan pemeliharaan asset.

4. Financial Analysist

Bagian ini menjalankan fungsi analisis, dimana bagian tersebut bertugas melihat kinerja GA dari sisi finansial. Selain itu, bagian ini juga bertugas membuat analisa laporan keuangan yang dibuat oleh bagian comptroller, mengawasi biaya-biaya yang telah ditetapkan pada anggaran, dan menganalisis trend keuangan di masa mendatang. Hasil kerja departemen keuangan yang paling terlihat jelas adalah dengan adanya laporan keuangan atau annual report yang dikeluarkan setiap

tahun. Proses pembuatan annual report ini cukup panjang, dengan pengumpulan data dari cabang-cabang GA yang tersebar di dalam dan luar negri. Karena GA merupakan perusahaan milik negara, saham dan modal pada GA merupakan milik pemerintah, sehingga Laporan Keuangan yang dibuat oleh GA dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada Menteri BUMN dan menteri Keuangan. Departemen keuangan GA pernah mendapat penghargaan dari London sebagai ”Best Corporate Finance Deal of The Year 2001” karena keberhasilannya mengelola utang dengan baik.

4.1.3 Menuju Privatisasi 2010

Sesuai keputusan pemerintah, tahun 2010 ini akan ada 3 BUMN yang diprivatisasi, salah satunya adalah GA. Untuk menuju privatisasi, perusahaanperusahaan tersebut harus melewati tahapan IPO (Initial Public Offering). Dengan adanya IPO, maka nantinya saham GA akan dijual di Bursa Efek dan dibuka untuk publik. Namun hal tersebut bukan sebuah alasan GA melakukan

adopsi IFRS pada laporan keuangannya. Justru dengan mengadopsi IFRS, akan membantu proses pasca IPO, karena setelah GA mengadopsi IFRS pada laporan keuangannya maka GA akan semakin mudah memasuki pasar saham mengingat banyaknya manfaat yang didapat oleh sebuah perusahaan yang telah mengadopsi IFRS pada laporan keuangannya, misalnya laporan keuangan mempunyai daya banding yang tinggi dibanding laporan keuangan yang tidak mengadopsi IFRS. Hal ini dapat dilihat dari penyataan Sarifuddin Dalimante, VP Comptroller GA Indonesia. “Garuda kan sedang menuju privatisasi jadi nantinya perusahaan ini akan melakukan pelaporan ke bursa efek. Sebenarnya dengan adanya IPO bukan alasan kita melakukan adopsi, tapi dengan adanya adopsi chance kita untuk memasuki bursa efek semakin terbuka.” Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa IPO yang akan terjadi pada GA di akhir tahun 2010 ini, bukan merupakan alasan GA melakukan adopsi. Hal tersebut merupakan keputusan pemerintah dan tidak terlalu menimbulkan dampak yang berarti dalam kaitannya dengan keputusan untuk melakukan adopsi standar internasional pada GA.

4.2 Alasan Garuda Airlines Mengadopsi IFRS

Pada awal tahun 2009, IAI (Ikatan Akuntans Indonesia) mengeluarkan aturan tentang kewajiban perusahaan publik untuk mengadopsi IFRS dengan alasan penyeragaman standar akuntansi agar laporan keuangan perusahaanperusahaan publik di Indonesia dapat dibandingkan dengan perusahaanperusahaan asing. Tujuannya adalah untuk cross border listed atau operasi lintas negara sehingga ketika sebuah perusahaan telah mengadopsi IFRS, diharapkan perusahaan tersebut bisa melakukan dual listing yaitu menjual saham di bursa efek dalam negri dan luar negri serta melakukan aktivitas bisnis global (Satyo, 2005). Hal tersebut sangat bermanfaat bagi perusahaanperusahaan Indonesia agar dapat bersaing di pasar global, mampu menarik investor-investor asing, dan mampu menembus bursa efek internasional (Suharto, 2005). Manfaat-manfaat tersebut dapat dijadikan alasan mengapa adopsi IFRS penting dilakukan dalam sebuah perusahaan. Adapun alasan GA mengadopsi IFRS akan dijelaskan dalam bagian berikut.

4.2.1 Ketiadaan Standar Akuntansi Jasa Penerbangan

PT. Garuda Indonesia yang sampai saat ini masih berstatus perusahaan milik Negara merupakan salah satu perusahaan yang menyambut keputusan tersebut dengan tanggapan positif. Hal ini ditunjukkan dengan melakukan proses adopsi IFRS pada laporan keuangannya. Melihat kenyataan bahwa GA bukan merupakan perusahaan publik, alasan GA melakukan adopsi IFRS pada laporan keuangan perlu dipertanyakan. Apakah paksaan dari pemerintah atau keinginan GA sendiri. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang di bagian keuangan baik di GA Semarang maupun GA Jakarta, diperoleh jawaban bahwa adopsi IFRS pada GA merupakan keinginan GA sendiri. Hal ini dapat dilihat dari petikan wawancara terhadap Dalimante yang menyatakan bahwa “..adopsi IFRS merupakan keinginan Garuda sendiri.” Pernyataan ini diperkuat pernyataan Ade Dadan, Manajer Keuangan GA Semarang. “Kita memang harus mengikuti aturan pemerintah untuk menerapkan standar tersebut, jelas itu merupakan sebuah tuntutan tapi di sisi lain kita juga menyadari bahwa standar tersebut secara pelaporan lebih baik. Yang jelas kita mengacu pada kaidah – kaidah yang diakui semua institusi.” Jadi pengadopsian IFRS pada GA merupakan inisiatif dari perusahaan dan bukan merupakan paksaan dari pemerintah. Dengan adanya keputusan pemerintah tentang kewajiban melakukan adopsi IFRS, pihak GA merasa terbantu sehingga nantinya adopsi IFRS di Indonesia tidak terlalu sulit karena pemerintah Indonesia sendiri mendukung tindakan tersebut. Selanjutnya, penelitian ini ingin mengetahui lebih dalam tentang ekspektasi yang diharapkan oleh pihak GA dalam melakukan adopsi IFRS.

4.2.2 Globalisasi dan Tuntutan Pasar

Alasan lain adopsi IFRS adalah karena globalisasi ekonomi dan tuntutan pasar. Dengan adanya globalisasi ekonomi, otomatis tidak ada batasan negara dan budaya lagi untuk memperluas sebuah bisnis. Begitu juga bisnis yang dijalankan oleh GA. Selain di Indonesia, jasa penerbangan yang dijalankan GA telah dibuka juga di negara lain seperti negara – negara di kawasan Asia Tenggara, Asia Timur, Timur Tengah, Australia, Selandia Baru, Amerika, Kanada, bahkan Eropa. Dengan adanya kenyataan tersebut dapat dikatakan bahwa GA merupakan pemain global yang bergerak dalam jasa penerbangan. Karena hal itu adopsi IFRS pada laporan keuangan GA sangat diperlukan. Ketika kita berbicara tentang bisnis global, standar keuangan yang berlaku secara global juga sangat diperlukan untuk menyeragamkan pedoman yang dianut oleh seluruh maskapai penerbangan internasional di seluruh dunia, sehingga laporan keuangan yang disajikan mempunyai satu kesamaan pandangan (Satyo, 2005). Globalisasi membawa kemajuan bagi semua sektor bisnis, termasuk bisnis dalam jasa penerbangan. Dengan adanya globalisasi, para maskapai penerbangan semakin mudah untuk memperluas jaringan bisnisnya. Dampak negatifnya adalah apabila manajemen perusahaan tidak pandai mengatur strategi bisnis maka peluang untuk tersingkir dari kancah bisnis global ini semakin besar. Laporan keuangan yang telah mengadopsi IFRS dapat dijadikan alat untuk “menjual” perusahaan karena value added yang dimiliki laporan tersebut. GA sadar betul tentang hal ini, sebagai pemain global yang

tidak mau tersingkir dari persaingan, dibuat keputusan untuk mengadopsi IFRS pada laporan keuangan. Jadi hal tersebut bukan hanya sekedar untuk menaikkan prestige semata tapi juga demi keberlangsungan hidup perusahaan di dunia internasional. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Dalimante. “..karena Garuda bergerak di industri global. Perusahaan – perusahaan yang bermain di pasar global seperti di bursa saham internasional itu sangat perlu melakukan adopsi.” Pernyataan tersebut diperkuat pernyataan Dadan “Alasannya sebagai perusahaan yang bergerak di ranah internasional mau gak mau kita harus mengadopsi itu.” Dari pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa GA mengadopsi IFRS karena adanya globalisasi, yang merupakan tantangan bagi perusahaaan-perusahaan di seluruh dunia, agar tetap dapat bertahan di

dunia bisnis internasional. Indonesia harus mengadopsi IFRS untuk memudahkan perusahaan

asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya (Immanuela, 2009). Menurut Dalimante, globalisasi telah merubah cara pandang seseorang dalam membeli atau menjual barang. Hanya melalui internet, perdagangan internasional dapat saja terjadi. Begitu pula dalam bisnis ini, hanya melalui laporan keuangan yang mengaplikasikan standar internasional, GA telah mempunyai “value added” untuk menjual sahamnya. Tidak peduli calon investor tersebut berdomisili dimanapun, hanya dengan mengklik keyboard pada PC, transaksi antar negara dapat terjadi. Dalam kondisi seperti ini IFRS berperan penting dalam perdagangan global. Dengan adanya “satu bahasa” akuntansi yang dipakai di seluruh dunia, maka transaksi global sangat mungkin terjadi karena adanya kemudahan pemahaman antara “penjual” dan “pembeli” yang berbeda bangsa (Satyo, 2005). Selain globalisasi, tuntutan pasar juga merupakan salah satu alasan adopsi IFRS di GA. Penjelasan tersebut dapat dilihat dari penyataan Dalimante. “Kalo menurut saya hal itu merupakan tuntutan pasar. Bahwa IFRS itu semakin banyak diadopsi oleh perusahaan - perusahaan internasional jadi kalo kita juga ingin bermain di pasar internasional kita harus mengadopsi standar ini.” Argumen tersebut diperjelas dengan pernyataan Dadan. “Oh kalo gengsi sih gak lah. Kita lebih merasa kalau itu merupakan tuntutan pasar, trus kita juga mau go public jd musti kayak gitu, lagian kan leasee - leasee kita kan perusahaan internasional juga yang main di pasar global gitu.” Leasee yang memberikan pinjaman kepada GA sebagian besar berasal dari luar negri, dengan adanya kenyataan seperti itu, penting bagi GA untuk mengadopsi IFRS agar para leasee tersebut mampu menginterpretasi laporan keuangan yang disajikan oleh GA dengan baik, sehingga lease-leasee tersebut benar-benar paham bagaimana keadaan keuangan GA yang sebenarnya. Jadi, yang dimaksud tuntutan pasar disini adalah tuntutan dari para leasee GA.

4.2.3 “Nilai Lebih” Laporan Keuangan

Ketika GA telah mengadopsi IFRS, GA merasa bahwa laporan keuangannya lebih mencerminkan nilai wajar perusahaan. Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan GA mengadopsi IFRS dalam pembuatan laporan keuangan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Dalimante “Dengan mengadopsi IFRS, LK lebih mencerminkan nilai wajar perusahaan.”

Dengan mengadopsi IFRS, diharapkan nantinya laporan keuangan GA memberikan kemudahan bagi pihak asing untuk menginterpretasikan laporan keuangan perusahaan tersebut, sehingga lebih mudah bagi pihak-pihak asing untuk melakukan keputusan bisnis yang menyangkut investasi. Dengan mengikuti standar yang berlaku secara global dapat dikatakan laporan keuangan seluruh maskapai di dunia internasional mempunyai keseragaman, sehingga laporan-laporan tersebut mempunyai daya banding yang sama. Hal tersebut berdampak positif ketika para pelaku bisnis akan mengambil keputusan bagi keberlangsungan hidup usahanya. Dampak yang terpenting dari keseragaman standar yang dipakai adalah tidak terdapatnya bias signifikan dalam menginterpretasikan laporan keuangan pada industri sejenis.

4.3 Proses Pembuatan Laporan Keuangan

Pada laporan keuangan GA yang diperoleh dari website resminya,memang GA tidak mencantumkan adanya rekonsiliasi. bahwa harmonisasi yang dilakukan GA merupakan sebuah harmonisasi yang sebenarnya, sesuai konsep yang dikemukakan oleh DSAK. Pengadopsian hanya dilakukan apabila standar nasional tidak mengatur suatu perlakuan akuntansi terhadap sebuah item, namun apabila standar nasional telah mengatur hal tersebut maka standar yang dipakai adalah standar nasional (Satyo, 2005). Karena alasan tersebut, maka laporan keuangan pada GA berbeda dengan laporan keuangan perusahaan lain yang telah melakukan adopsi IFRS, tanpa rekonsiliasi. Contoh rekonsiliasi biasanya pada akun amortisasi biaya dan perbedaan mata uang. Setelah proses pembuatan laporan keuangan selesai, selanjutnya dibuat laporan konsolidasi. Laporan konsolidas yang dibuat oleh pihak GA mengacu pada PSAK No. 4. Adapun muatan pada laporan konsolidasi adalah penggabungan laporan entitas terkait dan seluruh transaksi antar entitas, saldo, penghasilan dan beban eliminasi pada saat eliminasi. Perusahaan yang tercantum pada laporan konsolidasi GA adalah subsidiaries GA Indonesia yang terdiri dari tour and travel agency, hotel, dan pelayanan pariwisata yang tersebar di dalam maupun luar negri. Semua laporan telah selesai dibuat, hal terakhir yang dilakukan adalah audited oleh pihak eksternal. GA memakai jasa Delloite untuk melakukan tugas ini. Setelah laporan audit jadi, maka GA melakukan pelaporan kepada Menteri BUMN dan Menteri Keuangan terkait masalah keuangan. Setelah laporan pertanggungjawaban selesai, GA menerbitkan laporan keuangan tersebut untuk umum yang dapat dilihat pada website resmi GA www.garudaindonesia.com.

4.4 Hasil Adopsi IFRS

Proses adopsi IFRS pada GA tentu saja membawa dampak pada perusahaan ini. Menurut hasil wawancara dengan beberapa narasumber, adopsi IFRS membawa dampak positif bagi entitas bisnis ini. Selain itu, dalam mengadopsi IFRS, tentu saja GA banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun, GA mempunyai beberapa cara agar hambatan itu dapat teratasi dan proses adopsi IFRS tetap berjalan dengan baik. Berikut ini akan dibahas mengenai manfaat dan hambatan yang dialami selama mengadopsi IFRS.

4.5.1 Manfaat Adopsi IFRS

manfaat dari proses adopsi IFRS yang dilakukan oleh perusahaan bagi masyarakat maupun bagi perusahaan itu sendiri, yaitu:

1. Efisiensi biaya

2. Kepentingan masyarakat semakin terlindungi

3. Adanya ekspansi ekonomi yang lebih besar

4. Investasi mengarah pada transparansi

Sedangkan manfaat yang terkait dengan laporan keuangan adalah:

1. Terdapat perbedaan pengukuran item-item dalam laporan keuangan dan rasio keuangan perusahaan. Misalnya: total aktiva dan nilai buku ekuitas akan menghasilkan nilai yang lebih tinggi jika mengadopsi IFRS.

2. Manajemen laba akan semakin rendah, pengakuan kerugian akan semakin sering atau perusahaan lebih konservatis, dan memiliki nilai relevansi (value relevance) yang semakin tinggi.

Setelah diadakan penelitian, ternyata manfaat yang dirasakan tiap perusahaan atas proses adopsi IFRS bebeda-beda. Menurut penelitian pada GA, manfaat yang didapat dengan mengadopsi IFRS adalah:

1. Mendapatkan kemudahan untuk melakukan pencatatan terhadap akun akun yang berhubungan dengan bisnis penerbangan.

bahwa alasan GA melakukan adopsi adalah karena tidak adanya rules yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan. Oleh karena itu, pihak GA merasa bahwa manfaat terbesar dari adanya IFRS adalah kemudahan untuk melakukan pencatatan terhadap transaksi-transaksi bersifat extra ordinary dalam bisnis yang mereka jalankan. Dengan adanya hal tersebut GA telah mampu menjadi perusahaan penerbangan yang berstandar internasional.

2. Laporan Keuangan mencerminkan nilai wajar perusahaan

Dengan diadopsinya IFRS pada laporan keuangan GA, laporan keuangan tersebut menjadi lebih mencerminkan nilai wajar perusahaan sehingga laporan keuangan menjadi lebih transparan dan credible. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan pada perusahaan karena laporan keuangan tersebut menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat,

relevan, dan krusial. Selain itu, laporan tersebut membuat dunia internasional lebih percaya kepada GA karena lebih valuable.

3. Laporan Keuangan dapat dibandingkan dengan Laporan Keuangan perusahaan asing yang sejenis

Karena keseragaman standar yang dipakai, maka laporan keuangan GA dapat dibandingkan dengan maskapai asing. Hal ini bermanfaat untuk membantu para investor maupun leasee asing untuk membaca laporan keuangan tersebut. Selain mudah dipahami LK GA yang telah memakai standar internasional juga lebih mudah dibandingkan dengan LK maskapai lain. Hal ini membantu para investor dan leasee untuk mengestimasi investasi pada GA berdasarkan data yang diperoleh dari LK tersebut.

4. Mampu bersaing di pasar global dan legitimasi


4.5.2 Hambatan dan Cara Menanganinya

Hambatan terbesar dalam mengadopsi IFRS adalah pemahaman IFRS dan biaya sosialisasi yang cukup mahal. Upaya untuk memahami IFRS ini merupakan hal yang membutuhkan waktu yang cukup panjang, sehingga apabila hal tersebut tidak teratasi maka adopsi IFRS akan sulit dilakukan. Di sisi lain, biaya juga menjadi masalah yang cukup kompleks. Pengadopsian standar ini memerlukan biaya yang cukup besar mengingat produk ini merupakan produk baru di pasar internasional. GA sendiri memiliki pandangan yang sama dengan Immanuela, adapun hambatan yang dihadapi GA adalah sebagai berikut:

1. Kesiapan SDM

2. Sistem akuntansi yang belum canggih.

3. Biaya yang cukup tinggi untuk mengadopsi IFRS.

Adanya hambatan seperti yang sudah tertulis di atas, bukan menjadi masalah yang besar bagi GA. GA sebagai perusahaan yang berdedikasi tinggi terhadap adopsi IFRS di Indonesia mempunya beberapa cara untuk mengatasi masalah yang muncul, antara lain:

1. Mempersiapkan SDM yang memiliki IFRS capability.

2. Mengembangkan sistem yang telah terintegrasi dengan baik.

3. Mempersiapkan dana cadangan

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab empat rumusan masalah. Pertanyaan penelitian yang pertama adalah alasan dan ekspektasi apa yang GA harapkan dari pelaksanaan adopsi IFRS. Dari hasil penelitian, GA melakukan adopsi IFRS bukan atas paksaan dari pemerintah namun atas inisiatif dari manajemen perusahaan tersebur karena kebutuhan akan standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan serta kebutuhan untuk memenuhi tuntutan dari para leasee GA untuk mengadopsi IFRS agar memberikan kemudahan kepada pihak tersebut untuk menginterpretasikan laporan keuangan GA. Adapun alasan GA melakukan adopsi IFRS pada laporan keuangannya, selain kebutuhan akan standar yang mengatur tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan, adalah karena adanya globalisasi ekonomi, serta agar laporan keuangan mencerminkan nilai wajar perusahaan dan laporan keuangan mempunyai daya banding yang tinggi.

Pertanyaan penelitian yang kedua adalah konsep apa yang dipakai GA dalam mengadopsi IFRS beserta alasannya. Dari sekian banyak konsep adopsi IFRS, GA menganut konsep harmonisasi dimana GA menggunakan IFRS dan standar dari AICPA apabila PSAK tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk sebuah item. Namun apabila PSAK mengaturnya, maka standar yang dipakai kembali mengacu kepada PSAK. Alasannya adalah karena PSAK masih belum mempunyai rules yang lengkap tentang perlakuan akuntansi untuk jasa penerbangan. Sedangkan untuk item – item lain, peraturan pada PSAK telah mampu menjawab cara – cara pelaporannya.

Pertanyaan penelitian yang ketiga adalah bagaimana proses adopsi dan aplikasi IFRS pada GA. Proses adopsi IFRS pada GA terdiri dari 3 tahap. Tahap yang pertama adalah pemahaman tentang IFRS dan PSAK serta pemahaman tentan persamaan dan perbedaan keduanya. Tahap selanjutnya adalah mempersiapkan SDM dengan IFRS capability. Dan tahap yang terakhir adalah pengembangan software akuntansi. Sedangkan proses pengaplikasian IFRS pada GA terdiri dari 2 tahap, yaitu tahap pembuatan laporan keuangan yang terdiri dari input data dan interpretasi hasil. Dan yang terakhir adalah tahap pembuatan laporan konsolidasi. Setelah semua tahap tersebut selesai laporan keuangan siap untuk diaudit, dilaporkan, dipertanggungjawabkan, dan diterbitkan.

Pertanyaan penelitian yang terakhir adalah apa saja manfaat dari adopsi IFRS pada GA serta apa saja hambatan dalam proses tersebut dan cara mengatasinya. Adapun manfaat dari adopsi IFRS pada GA adalah pihak GA mendapatkan kemudahan untuk melakukan pencatatan terhadap akun-akun yang berhubungan dengan bisnis penerbangan, laporan keuangan GA mencerminkan nilai wajar perusahaan yang menimbulkan dampak GA lebih dipercaya oleh pihak eksternal dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan, credible serta valuable. Manfaat selanjutnya adalah laporan keuangan memiliki daya banding yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan sebagai alat analisis manajemen. Dan manfaat yang terakhir adalah GA mampu bersaing di pasar global sehingga pada akhirnya GA memperoleh legitimasi dari lingkungan bisnisnya bahwa perusahaan ini memiliki profesionalitas dan pelayanan yang memuaskan. Sedangkan hambatan yang dihadapi GA dalam melakukan adopsi IFRS adalah kesiapan SDM, kesiapan sistem akuntansi, dan hambatan dalam pembiayaan. Untuk mengatasi hal tersebut, GA mempunyai solusi dengan mempersiapkan SDM dengan IFRS capability, melakukan pengembangan software akuntansi, dan mempersiapkan biaya tambahan untuk proses adopsi. Penelitian ini menunjukkan bahwa akuntansi adalah dinamika social atau realitas yang terbentuk secara sosial yang melibatkan aspek-aspek seperti sosial, lingkungan , dan budaya (Hines, 1988). Dan aspek-aspek tersebut sering sekali diinstusionalkan untuk mencapai tujuan tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Almilia, Luciana Spica. 2007. Harmonization of The International Accounting System. www.spicaalmilia.wordpress.com. Diakses tanggal 11November 2008.

American Institute of Certified Public Accountants. Tanpa tahun. Airlines AICPA Accounting and Auditing Guidelines. http://www.aicpa.org/Publications/AccountingAuditing/KeyTopics/Pages/Airlines.aspx. Diakses tanggal 20 Mei 2010.

Astami, Emita W, Bambang Hartadi, dan Greg Tower. 2006. “Factors Explaining Management Preference of Accounting for Goodwill Prior to The Implementations of IFRS 3 (Across – Country Study)”. International Journal of Bussiness. Vol. 8, No. 1, Hal 43-67.

Bungin, Burhan. 2005. Analisi Data Penelitian Kualitatif Edisi 1. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Chariri, Anis. 2006. “The Dynamics of Financial Reporting Practise in an Indonesian Insurance Company: a Reflection of Javanese Views of an Ethical Social Relationship.” Disertasi Tidak Dipublikasikan, School of Accounting and Finance, University of Wollongong.

Denzin, N. K. dan Y. S. Lincoln. 1998. “Introduction: Entering the Field of Qualitative Research.” The Landscape of Qualitative Research- Theories and Issues. Thousand Oaks, CA, Sage Publication, Hal. 1- 34.

DiMaggio, P. and A. Powell. 1991. “Introduction,” in The New Institutionalism in Organizational Analysis. P.J DiMaggio (Eds). London: The University of Chicago Press, Hal. 1-38.

Epstein, Barry J. 2006. Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards. John Wiley & Sons, Inc. New Jersey.